Mengapa Saya Lebih Suka Membuat Server LAMPP Sendiri Daripada Menggunakan XAMPP di Ubuntu


Saat saya baru migrasi dari Windows ke Ubuntu, saya masih gemar menggunakan XAMPP untuk mengembangkan aplikasi web. Ini tidak terlepas dari kebiasaan (dan wawasan yang saya miliki) ketika saya masih menggunakan Windows.

Namun, lambat laun saya mulai lebih menyukai membangun web server sendiri. Terutama ketika pada semester 4 yang lalu saya mendapatkan ilmunya pada mata kuliah Administrasi Jaringan.

So, tidak selamanya kata-kata "apa yang Anda dapatkan di bangku kuliah itu kurang terpakai". Menurut saya, hal ini malah lebih ke "apakah Anda mau menggunakan ilmu yang Anda dapatkan di bangku kuliah atau tidak".

Oke. Itu tadi out of topic. Sekarang, saya ingin memaparkan beberapa alasan mengapa kini saya lebih suka membangun server LAMPP (Linux, Apache, MySQL, PHP, and phpMyAdmin) sendiri.

Proses Update Lebih Mudah

Ini adalah alasan yang pertama kali saya pikirkan. Saat menggunakan XAMPP, saya bingung untuk melakukan satu saja bagian darinya, misalnya PHP-nya saja. Solusi yang saya temukan malah menginstruksikan untuk meng-upgrade XAMPP-nya sekalian.

Berbeda dengan ketika saya memasang bagian-bagiannya secara mandiri. Saya tinggal melakukan update untuk komponen khusus yang ingin saya upgrade. Dan yang terpenting, tanpa perlu meng-upgrade seluruh paket web server saya.

Mengenai hal ini, Mas Aries Maulana pernah menulisnya dalam suatu artikel di blog-nya. Yah, meskipun dia masih ragu bahwa ini adalah kekurangan dari XAMPP.

Lebih Mudah Dikustomisasi

Sebenarnya, ini masih ada hubungannya dengan alasan sebelumnya. Intinya pada ada salah satu bagian web server yang ingin dimodifikasi, tapi tidak bisa dilakukan atau sulit dilakukan dengan menggunakan XAMPP.

Misalnya adalah Anda ingin mengganti web server Apache menjadi NGINX, DBMS dari MySQL menjadi Oracle, dan sebagainya.

Instalasi Lebih Ringan

Meskipun hanya terasa saat instalasi, saya cukup suka dengan keunggulan yang satu ini. Tentu saja. Laptop saya termasuk keluaran lama yang sepertinya saat ini pabrikannya sudah tidak mengeluarkan produk baru.

Mengapa saya sebut lebih ringan?

Mudah saja. Secara teori, instalasi dengan CLI (Command Line Interface) tentu lebih cepat daripada dengan GUI (Graphical User Interface).

Instalasi server LAMP sendiri, seperti pada artikel saya yang ini lalu yang ini, menggunakan CLI. Sedangkan untuk instalasi XAMPP, seperti pada tulisan Doni Suitela di sini, menggunakan GUI dan konfigurasi dengan menggunakan CLI.

Otomatis Menyala Ketika Komputer Di-boot

Ini merupakan hal yang paling menyenangkan bagi saya. Saya tidak perlu menyalakan web server secara manual ketika pertama kali di-boot. Tanpa perlu melakukan konfigurasi tambahan apa pun setelah instalasi.

Hal ini berbeda saat saya masih menggunakan XAMPP: saya harus menyalakannya terlebih dahulu. Sebenarnya, XAMPP juga bia dibuat menyala otomatis seperti pada tutorial di Linuxsec.org. Namun, tetap saja membutuhkan konfigurasi terlebih dahulu.

Lebih Banyak Hal yang Dipelajari

Ini bisa saja menjadi kekurangan apabila Anda termasuk orang yang enggan terlalu berurusan dengan environment web server. Namun, bagi saya pribadi, ini merupakan suatu keunggulan.

Saya bisa mempelajari lebih banyak hal dengan melakukan instalasi LAMP tanpa menggunakan paket instalasi yang langsung satu bundel.

Mirip Dengan Server Produksi

Percaya atau tidak, server yang dibangun secara mandiri lebih mirip dengan server produksi di industri daripada dengan menggunakan XAMPP.

Hal ini berkaitan dengan masalah keamanan. XAMPP memang hanya dirancang sebagai tool pengembangan dan bukan sebagai tool produksi, seperti keterangan yang saya dapatkan dari salah satu jawaban di Superuser.com.

Jika Anda ingin bergelut secara nyata di dunia web, sebaiknya Anda mempersiapkan hal seperti ini. Saya ingin bergelut secara nyata. Jadi, saya mempersiapkan hal seperti ini.

Beberapa Kekurangannya

Meskipun begitu, tetap saja ada beberapa kekurangan ketika membangun web server secara mandiri. Salah satu yang terasa adalah proses instalasi yang agak panjang daripada menggunakan XAMPP.

Dengan menggunakan XAMPP, Anda cukup mengikuti wizard yang tersedia. Kemudian, Anda akan mendapati bahwa paket web server Anda sudah terpasang dan siap digunakan.

Beda ceritanya jika Anda meng-install-nya secara mandiri. Anda bisa membaca dan membandingkan proses instalasinya melalui artikel-artikel berikut.

Instalasi mandiri: Apache dan PHP, MySQL dan phpMyAdmin

Instalasi menggunakan XAMPP

Kesimpulan

Kini, setidaknya Anda mengetahui beberapa alasan mengapa saya lebih suka membangun web server mandiri daripada menggunakan XAMPP.

Mungkin Anda sepedapat dengan saya, ada pendapat Anda yang belum saya cantumkan, atau bahkan mungkin tidak setuju dengan pendapat saya, silahkan sampaikan pada kolom komentar. 😊

Referensi

  1. http://www.goblooge.com/blog/cara-install-dan-settings-apache-mysql-dan-phpmyadmin-di-ubuntu-server/#sthash.G0H644yA.dpbs
  2. http://blog.arsmp.com/blog/pemograman/salah-paham-xampp/
  3. https://superuser.com/questions/39980/is-there-any-reason-not-to-use-xampp-or-a-similar-server-package
  4. http://mushelp.blogspot.com/2017/09/instalasi-apache-dan-php-di-ubuntu.html
  5. http://mushelp.blogspot.com/2017/09/cara-meng-install-mysql-dan-phpmyadmin.html
  6. http://donisuitela.blogspot.co.id/2016/05/cara-install-xampp-pada-ubuntu-1604.html
  7. http://www.linuxsec.org/2015/02/xamppautostart.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Update dari Composer 1 ke Composer 2 di Ubuntu 20.04

Cara Mengatasi "Access denied for user 'root'@'localhost' (mysqli_real_connect(): (HY000/1698))" di Ubuntu 20.04 LTS

Cara Mengatasi "Login without a password is forbidden by configuration (see AllowNoPassword)" di Ubuntu 20.04 LTS